Pada tahun
2012 sampai dengan tahun 2035, Indonesia akan menikmati bonus demografi. Pada
tahun tersebut, usia orang produktif di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan
usia non produktif. Kondisi ini menguntungkan perekonomian Indonesia karena
pertumbuhan ekonomi dapat melejit di atas rata-rata selama 22 tahun ke depan.
Jika seluruh institusi ekonomi Indonesia bekerja optimal maka tidak menutup
kemungkinan akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara berpenghasilan
tinggi. Sebagai sebuah negara yang berpenduduk besar,
tentu kondisi ini akan menguntungkan. Pertama, penduduk besar berarti aggregat
demand juga besar. Besarnya volume aggregat demand akan menciptakan pertumbuhan
yang besar pula. Hampir semua pertumbuhan perekonomian di belahan negara
manapun, konsumsi menjadi salah satu mesin pertumbuhan. Indonesia adalah negara
yang memiliki keunggulan terutama dari sisi demander. Kedua, jumlah penduduk
yang besar juga berarti skala produksi ekonomi juga besar. Ketika skala produksi,
maka output produksi dapat dipastikan adalah output yang kompetitif. Produksi
ekonomi selalu menghasilkan barang dan jasa yang berharga rendah dibandingkan
dengan negara yang memiliki skala produksi yang kecil.
Cina, adalah salah satu contoh negara yang
mampu menjadikan kekuatan jumlah penduduk menjadi mesin produksi yang berskala
ekonomi. Hampir semua produk cina, berdaya saing tinggi. Itu mengapa, sekarang
Cina menjadi salah satu negara yang sangat ditakuti di dunia dari sisi ekonomi.
Dengan kondisi yang menguntungkan seperti yang Indonesia alami sekarang yaitu
bonus demografi dan jumlah penduduk yang besar, seharusnya Indonesia mampu
muncul sebagai salah satu negara berpenghasilan tinggi ke depan.Yang menjadi
pertanyaan, mampukah jumlah penduduk besar dan bonus demografi ini dimanfaatkan
secara optimal? Sebagai salah satu negara demokratis di dunia, Indonesia harus
terus memperbaiki. Kelemahan yang dimiliki oleh Indonesia sekarang adalah belum
bekerjanya institusi ekonomi secara optimal. Pasar seringkali bekerja dengan
cara disalokasi sumberdaya. Mereka yang seharusnya mendapat asupan modal dari
perbankan, mengalami kesulitan akibat tidak memiliki power politik. Bagaimana
mungkin politik menjadi power penentu proses produksi?
Sumber : Dikari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar