Minggu, 21 Mei 2017

Potensi Ekonomi Kota Bekasi

            Potensi Tenaga Kerja Menurut data terbaru 2015 dari Dinas Kependudukan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, jumlah pen-duduk Kabupaten Bekasi kini 3,270,931 jiwa, meningkat 15 persen dari hasil Sensus Penduduk 2010. Menurut jenis kelamin, penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di Kabupaten Bekasi cukup seimbang, yaitu 1.667.930 laki-laki dan 1.603.000 perempuan. Yang menarik, Kabupaten Bekasi adalah wilayah yang memiliki potensi besar dalam hal ketenagakerjaan. Usia produktif penduduk Kabupaten Bekasi mencapai 2,343,680 jiwa (usia 15 – 64 tahun) atau sekitar 72 persen dari total jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan terbesar pencari kerja adalah lulus SMU. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun turut meningkat. Hal ini menjadi peluang bagi para pendiri usaha untuk membuka usahanya di Kabupaten Bekasi. Sementara, penyerapan tenaga kerja tertinggi ada pada bidang industri pengolahan dan pertanian. Kabupaten Bekasi tidak hanya menjadi tujuan ekonomi, namun juga tempat tinggal. Wilayahnya yang masih sangat terbuka untuk menjadi tempat tinggal membuat industri perumahan terus meningkat dan membuka kesempatan bagi warga asli maupun pendatang untuk berkembang membentuk keluarga dan menetap di sana.

            Potensi terbesar yang dimilliki Kabupaten Bekasi yang kita ketahui adalah sektor industri pengolahan. Kemajuannya yang begitu pesat hingga berdiri enam belas kawasan industri skala internasional menempatkannya sebagai salah satu wilayah industri terbesar di Indonesia, bersaing dengan Batam. Namun perlu diketahui, industri pengolahan (termasuk industri pergudangan) bukanlah satu-satunya potensi daerah Kabupaten Bekasi yang patut ditonjolkan. Wilayah ini juga memiliki sektor-sektor potensial lainnya yang terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi, yaitu dari sektor pertanian (termasuk perkebunan, perikanan, dan peternakan), sektor pertambangan, industri permukiman/properti, serta perda-gangan dan jasa. Selain itu, Kabupaten Bekasi terus memberikan peluang pada usaha kecil-menengah (UKM) untuk tumbuh berkembang di daerah ini sehingga menjadikannya salah satu sektor potensial. Sektor industri merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar dalam kegiatan perekonomian Kabupaten Bekasi dan menjadi potensi kebanggaan daerah ini, terutama industri pengolahan. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), setiap tahun wilayah Kabupaten Bekasi menyumbang sekitar Rp 40 triliun uang pajaknya ke negara dari sektor yang mulai marak sejak tahun 1980-an ini. Karena itu, dalam waktu yang cepat, Kabupaten Bekasi tumbuh menjadi daerah yang sangat potensial di bidang
perekonomian

            Kabupaten Bekasi dengan karakter daerah yang sebagian besar wilayah-nya adalah dataran rendah dengan bagian selatan yang berbukit-bukit, beruntung memiliki salah satu potensi daerah terbesar berupa beberapa sumber daya alam untuk pertambangan, dua di antaranya yang terbesar adalah minyak dan gas bumi. Kabupaten Bekasi memiliki beberapa sumur minyak bumi yang telah dieksplorasi terdapat di Bekasi bagian utara. Salah satunya terdapat di Babelan, Gabus, Muaragembong, Cabangbungin. Se-mentara itu, sumber gas alam terdapat di Bekasi bagian selatan, salah satu sumur gas yang sudah berproduksi terdapat di Jatirarangon. Sebagai daerah penghasil minyak, Pemkab Bekasi memperoleh pembagian hasil dari Pemerintah Pusat sebesar Rp7 miliar pada tahun 2001 dan Rp 6 miliar pada 2002 dari lima sumur yang sudah beroperasi dan masih akan bertambah tiga sumur lagi. Sedangkan volume minyak yang dihasilkan per sumur minyak sekitar 4.500 barel/hari. Potensi minyak bumi di Kecamatan Babelan, misalnya, ditemukan 233 juta barrel minyak pada struktur Pondok Tengah pada tahun 2003. Saat ini, sumber tersebut dikelola oleh PT Pertamina. Dalam perkembangannya, hingga kini masih banyak sumber minyak dan gas baru yang ditemukan maupun dikembangkan di berbagai daerah di Kabupaten Bekasi. Ini membuat Kabupaten Bekasi tidak hanya menjadi pusat perekonomian baru yang hanya mengandalkan potensi
daerah dari sektor industri pengolahan, tapi juga pertambangan.
            Selain itu jika kita lihat dari jumlah penduduknya yang sangat padat itu, ini juga akan membuat potensi Ekonomi di Bekasi sangat besar. Tak keliru jika CEO Farpoint Group, Jusup Halimi, menyebut Bekasi punya banyak potensi dengan ceruk pasar sangat luas. Dengan latar belakang itulah, Farpoint mau mengakuisisi pusat belanja Bekasi Square dan menyulapnya menjadi Revo Town. Farpoint tak sendiri, ada banyak pebisnis lain yang menjadikan kawasan ini sebagai sumber pendapatan dan keuntungan masa depan. Dalam catatan Colliers International Indonesia, AEON Group masuk pasar Bekasi dengan mengembangkan pusat belanja seluas 90.000 meter persegi di Kota Deltamas. Pusat belanja ini akan diisi anchor tenant dan peritel-peritel lainnya yang masuk dalam tentakel bisnis AEON Group seperti AEON Department Store dengan berbagai merchandise-nya. Tak hanya oleh perusahaan Jepang, potensi Bekasi juga diincar pemilik Courts, pengecer asal Inggris. Tidak tanggung-tanggung, melalui Courts Retail Indonesia, mereka membuka gerai pertama ritel berkonsep big-box megastore, justru di kota ini. Mengapa tidak di Jakarta? Country CEO PT Courts Retail Indonesia Roy Santoso, mengatakan bahwa Bekasi adalah kota penyangga Jakarta yang pesat pertumbuhannya. Selain itu, pendapatan warga Bekasi juga menjadi bahan pertimbangan. UMK terbaru kota Bekasi sebesar Rp 3.327.160. Sementara, UMK Kabupaten Bekasi mencapai Rp 3.261.375. Kehadiran peritel-peritel internasional tersebut memicu pertumbuhan kebutuhan ruang komersial atau pusat belanja di Bekasi dengan rerata tingkat okupansi di atas 90 persen. Di Summarecon Mall Bekasi saja, tingkat huniannya saat ini sudah berada pada level 95 persen dengan jumlah kunjungan sebanyak 70.000 pada hari biasa, dan akhir pekan 120.000 pengunjung. Sementara di Metropolitan Mall Bekasi, nyaris 100 persen terisi atau tepatnya 99,7 persen dengan tingkat kunjungan 100.000 orang pada hari biasa dan 150.000 pengunjung pada akhir pekan. Fakta tersebut mengonfirmasi hasil riset Colliers International Indonesia yang menyebutkan serapan pusat belanja Bekasi 423.560 meter persegi dan hanya menyisakan ruang kosong seluas 70.155 meter persegi. Hingga 2019 mendatang, Bekasi akan dipadati oleh 25 pusat belanja yakni Summarecon Mall Bekasi, Bekasi Cyber Park, BTC I, BTC II, Mega Bekasi Hypermall, Metropolitan Mall, Grand Metropolitan Mall, Grand Galaxy Park, Bekasi Junction, Revo Town, Plaza Jababeka, Mal Lippo Cikarang, Grand Mall Bekasi, Prima Sentra Grosir Bekasi, Cikarang Trade Center, Sentra Grosir Cikarang, Plaza Metropolitan Tambun, Mal Pekayon, Bekasi Town Square, Blue Mall, Mayfair Estates and Parklands, Harapan Indah Mall, AEON Mall, Pollux Mall, dan Metropolitan Mall Cibitung.
            Beberapa hal tersebut dapat membuktikan bahwa Bekasi pada saat ini sudah bisa dibilang sangat berkembang pesat perekonomiannya hingga hampir menyamai kedudukannya dengan perekomoian di Kota Jakarta.
Sumber: beritabekasi.co.id


Rabu, 17 Mei 2017

pembangunan ekonomi dan lingkungan

            Di tengah krisis ekonomi global yang melanda dunia pada saat ini, Indonesia diharapkan tetap mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang positif dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 yakni mensejahterakan masyarakat Indonesia.  Berbagai cara dilakukan pemerintah demi mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut salah satunya adalah menggalakkan semangat berwirausaha di tengah masyarakat. Melalui langkah ini diharapkan masyarakat Indonesia mampu melakukan ekonomi kreatif sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Suatu tindakan nyata yang dilakukan pemerintah dalam mendukung program pembangunan adalah memudahkan para pengusaha dalam hal pengurusan perizinan usahanya. Kemudahan yang diberikan pemerintah ini telah menumbuhkan semangat ekonomi di tengah masyarakat terbukti dengan menjamurnya toko-toko, ruko-ruko maupun pusat bisnis lainnya.  Namun, adanya kemudahan ini selain mempunyai dampak positif bagi masyarakat di sisi lain juga mempunyai dampak negatif, salah satunya adalah di bidang lingkungan. Dampak dari pembangunan ekonomi terhadap lingkungan terlihat dari beberapa indikator degradasi lingkungan baik pada air, udara, lahan dan hutan, pesisir dan lautan serta keanekaragaman hayati. 

            Pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dalam sektor perekonomian terus digenjot. Baik pemerintah pusat maupun daerah privinsi, kota juga kabupaten. Sebagaimana dipahami konsep pembangunan saat ini meyakini ekonomi merupakkan suatu system dengan lingkungan sebagai subsistemnya. Sehingga, dalam hal ini diutamakan kebutuhan ekonomi menjadi sebuah keharusan, yang letaknya berada di bawah kepentingan lingkungan. Padahal disadari atau tidak, sebenarnya lingkungan merupakan sallah satu komponen penting dari sistem ekonomi. Karena tanpa lingkungan, sistem ekonomi takkan berfungsi.

            Pembangunan yang tidak lagi memperdulikan kaidah-kaidah konservasi merupakan pembangunan yang menggunakan landasan filosofi cartesian world view yang lebih cenderung ke anthropocentric yaitu menempatkan kepentingan manusia sebagai pertimbangan utama dan satu-satunya dalam pembangunan. Berangkat dari pandangan tersebut, maka berkembalah pemikiran bahwasanya antara pembangunan dan lingkungan hidup sangat bertentangan. Pembangunan senantiasa dipandang sebagai sebuah upaya mmenegradasi kualitas dari lingkungan hidup. Sementara kepentingan ekonomi mengharuskan dilaksanakannya pembangunan, terutama pembangunan infra dan supra struktur fisik.

            Dalam realitasnya, tampak bahwa dalam pengutamaan pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan tidak menjamin keberlanjutan pembangunan karena lingkungan hidup menjadi rusak. Lingkungan hidup juga merupakan unsur penting dari pertumbuhan ekonomi, karena apabila fungsi lingkungan hidup turun karena pemanfaatan yang melampaui daya tampung lingkungan. Maka berdasarkan hal tersebut, pertumbuhan ekonomi yang baik juga harus di dukung lingkungan sebagai wadah dari jaringan kehidupan setiap pembangunan ekonomi yang dilakukan perlu memperhitungkan dampak terhadap lingkungan agar tidak mematikan kehidupan itu sendiri. Jadi dalam hal ini, ekonomi adalah subsistem dari lingkungan.

            Ekonomi sebagai subsistem dari lingkungan tidak berarti pertumbuhan ekonomi tidak perlu diperhatikan karena menghentikan pertumbuhan ekonomi dapat pula menyebabkan proses degradasi lingkungan,, terutama berkaitan dengan masalah kemiskinan, kurang tersedianya kebutuhan manusia dan pengangguran. Dengan adanya konsep ekonomi sebagai subsistem dari lingkungan tersebut, maka perlu dikembangkan dan diimplementasikan pola pembangunan berkelanjutan. Dalam implementasinya pembangunan harua dilakukan dengan hati-hati. Jadi, perlu serangkaian perubahan substansial dalam jangka waktu yang panjang yang dilakukan secara perlahan-lahan.

            Oleh karena itu, implementasi konsep pembangunan berkelanjutan tersebut memerlukan perubahan paradigma dan cara membangun sehingga pola pembangunan tidak lagi bersifat konvensional tidak semata menekankan aspek ekonomi semata saja. Namun juga perlu mempertimbangkan aspek ekologi dan sosial. Aspek ini pada dasarnya menjadi satu kesatuan yang terus berubah dan berkembang dinamis seiring dengan perubahan alam, yang dapat dicermati dari perubahan lingkungan hidup. Memperhatikan pada definisi pembangunan berkelanjutan maka definisi tersebut dapat bermacam-macam twrgantung pada interpretasi dan tujuan kepntingan yang akan dicapai. Bagi Indonesia, pembangunan berkelanjutan pada UU No. 32 Tahun 2009 dipahami sebagai pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan hidup, yaitu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai upaya sadar, dan terencana sebagai yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, dan keberlangsungan gerasi kini, juga generasi kepannya. Pun juga harus dipertimbangkan konsep yang diajukan Negara maju belum tentu tepat untuk dilaksanakan di Negara berkembang demikian juga sebaliknya. Namun demikian, konsep pembangunan berkelnjutan tetap harus menjadi dasar acuan dalam melakukan pembangunan agar kesejahteraan, keadilan dan keberlanjutan kehidupan dapat terwujud.

Sumber: Fajar Totabuan


Rabu, 03 Mei 2017

Bonus Demografi sebagai peluang atau ancaman?

Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2035, Indonesia akan menikmati bonus demografi. Pada tahun tersebut, usia orang produktif di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan usia non produktif. Kondisi ini menguntungkan perekonomian Indonesia karena pertumbuhan ekonomi dapat melejit di atas rata-rata selama 22 tahun ke depan. Jika seluruh institusi ekonomi Indonesia bekerja optimal maka tidak menutup kemungkinan akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara berpenghasilan tinggi. Sebagai sebuah negara yang berpenduduk besar, tentu kondisi ini akan menguntungkan. Pertama, penduduk besar berarti aggregat demand juga besar. Besarnya volume aggregat demand akan menciptakan pertumbuhan yang besar pula. Hampir semua pertumbuhan perekonomian di belahan negara manapun, konsumsi menjadi salah satu mesin pertumbuhan. Indonesia adalah negara yang memiliki keunggulan terutama dari sisi demander. Kedua, jumlah penduduk yang besar juga berarti skala produksi ekonomi juga besar. Ketika skala produksi, maka output produksi dapat dipastikan adalah output yang kompetitif. Produksi ekonomi selalu menghasilkan barang dan jasa yang berharga rendah dibandingkan dengan negara yang memiliki skala produksi yang kecil.

Cina, adalah salah satu contoh negara yang mampu menjadikan kekuatan jumlah penduduk menjadi mesin produksi yang berskala ekonomi. Hampir semua produk cina, berdaya saing tinggi. Itu mengapa, sekarang Cina menjadi salah satu negara yang sangat ditakuti di dunia dari sisi ekonomi. Dengan kondisi yang menguntungkan seperti yang Indonesia alami sekarang yaitu bonus demografi dan jumlah penduduk yang besar, seharusnya Indonesia mampu muncul sebagai salah satu negara berpenghasilan tinggi ke depan.Yang menjadi pertanyaan, mampukah jumlah penduduk besar dan bonus demografi ini dimanfaatkan secara optimal? Sebagai salah satu negara demokratis di dunia, Indonesia harus terus memperbaiki. Kelemahan yang dimiliki oleh Indonesia sekarang adalah belum bekerjanya institusi ekonomi secara optimal. Pasar seringkali bekerja dengan cara disalokasi sumberdaya. Mereka yang seharusnya mendapat asupan modal dari perbankan, mengalami kesulitan akibat tidak memiliki power politik. Bagaimana mungkin politik menjadi power penentu proses produksi?
Sumber : Dikari

Perkembangan industri di pedesaan #KT

Adanya kawasan perindustrian di pedesaan pasti ditentukan oleh berbagai pertimbangan seperti contohnya ketersediaan lokasi, sumberdaya dan akses. Masyarakat desa membangun wilayah industri yaitu untuk memenuhi kebutuhan pengembangan ekonomi pedesaan. Industrialisasi pedesaan ditandai oleh kepekaan pada pengelolaan lingkungan, orientasi padat karya, penggunaan teknologi menengah, serta berorientasi pada kebutuhan jangka panjang. Pengembangannya pun dengan memanfaatkan sumberdaya lokal dengan sistem pengelolaan oleh masyarakat dan pemerintah dari desa itu sendiri. Bisa dibilang juga perindustrian itu merupakan kekuatan yang datang dari dalam pedesaan itu sendiri.

Selanjutnya telah kita ketahui, kebanyakan di pedesaan identik dengan mata pencaharian di bidang pertanian, maka disini dapat dikatakan adanya kesinambungan antara pertanian dengan perindustrian khusunya di wilayah pedesaan. Seperti contohnya di kota Malang ini, disaat kita ingin memproduksi keripik apel ataupun kue yang berbahan baku buah apel pastinya kita membutuhkan adanya produsen produsen yang menjual buah apel tersebut. Dimana pasti itu semua dapat diperoleh dari para petani apel. Kemudian apel tersebut dapat dikirimkan kepada perusahaan keripik apel ataupun kue tersebut. Hal ini pada akhirnya dapat mempengaruhi juga aktivitas pertanian di pedesaan. Bersamaan dengan pengaruhnya pada aktivitas pertanian, industri di kawasan pedesaan dapat menjadi sektor bagi terserapnya tenaga kerja desa dan menjadi peluang bagi masyarakat dalam memanfaatkan situasi hadirnya para pencari kerja di pedesaan. Hadirnya 2 mata pencaharian yang saling berhubungan ini di wilayah pedesaan sangat dapat membantu perekonomian rakyatnya sendiri. Sangat diharapkan perusahaan industri ini dikembangkan juga ke wilayah perkotaan dengan cara memperluas pasarnya ke luar kota. Agar perindustrian di desa tersebut semakin berkembang pesat, dan bisa meningkatkan taraf hidup ekonomi rakyat desa tersebut